Selasa, 11 Desember 2012

HIV AIDS di SulSel Mulai Menjangkit Ibu Rumah Tangga


Makassar. Peningkatan angka pengidap Human Immunodeficiency Virus Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV AIDS) di Sulawesi Selatan semakin mengkhawatirkan. Bukan hanya telah menjangkit kalangan remaja dan anak muda, tetapi kini sudah merasuk kedalam lingkungan keluarga.
Kepala bidang bagian pencegahan dan penanggulangan napza dan HIV AIDS biro bina Napza dan HIV AIDS propinsi Sulawesi Selatan, Muh. Nuhrahim mengatakan perkembangan penderita penyakit mematikan ini telah mencapai angka 60 persen. Data hasil survei Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan KPA propinsi SulSel mencatat tahun 2009 terdapat 2400 lebih penderita atau ODHA dan hingga kini naik menjadi 3.918 orang.
Cara penularan HIV AIDS ini diakui terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika dulu penularan lebih banyak melalui penggunaan jarum suntik narkoba yakni 58 %, kini data perpindahannya akibat  perilaku Heteroseksual atau seks menyimpang melebihi persentase 60 %. Diantara ribuan ODHA tersebut  juga mulai tercatat adanya ibu-ibu rumah tangga.
“Kondisi penularan ini sudah berbeda dengan dulunya yakni melalui jarum suntik narkoba, sekarang lebih banyak akibat perilaku seks menyimpang. Pelakunya yang kemudian menularkan kepasangan hidup sahnya. Tapi kita belum memiliki jumlah pasti ibu rumah tangga yang menderita ini”kata Muh. Nuhrahim di DPRD SulSel, rabu  (20/07).
Sekretaris KPA propinsi Sulawesi Selatan ini menyebutkan saat ini Makassar menempati urutan ketiga terbesar penderita HIV AIDS setelah Papua dan DKI Jakarta dua dibawanya Bali dan Surabaya. Sementara untuk  posisi propinsi Sulawesi Selatan berada pada urutan ketujuh di Indonesia.
Muh. Nuhrahim memperkirakan penderita HIV AIDS didaerah ini masih lebih besar dari data yang dimiliki pemerintah SulSel saat ini, kerena belum semuanya muncul. Menurutnya, fenomena ini ibarat gunung es yang kelihatan hanya dipermukaan saja sementara yang jumblah besarnya belum teridentifikasi.
Hal ini disebabkan lanjut Nuh Rahim karena masyarakat menilai penyakit HIV AIDS mrupakan aib yang harus ditutupi. Sehinggi mereka takut dan enggan memeriksakan diri disarana kesehatan.
Peningkatan angka penderita ini juga menurutnya diakibatkan gerakan penanggulangan dan pencegahan belum terlasana secara menyeluruh dengan melibatkan semua unsur stake holder terkait.
“Program interfensi yang kita lakukan berhasil mengungkap fenomena gunung es dibawa. Artinya mengangkat gunung es sedikit demi sedikit. Namun memang perlu adanya kerja terpadu, misalnya dinas PK dalam pencegahan dalam tinglatan pelajar. Pemuda dan Olah raga, pada pemudanya serta semua yang berkaitan dan berpotensi menjadi lumbung penyebaran”ujarnya.
Anggota komisi E DPRD Sulawesi Selatan Abubakar Wasahua, menilai peningkatan angkat penderita HIV AIDS didaerah ini akibat lemahnya perhatian pemerintah dan seluruh unsur terkait dalam menanggulangi kasus virus mematikan ini.
“Ini fenomena yang sangat memprihatinkan. Kita sangat sedih dengan perkembangan itu, jebolnya HIV AIDS sampai tingkat rumah tangga itu karena program-program yang dapat membentengi masuknya atau berkembangnya virus ini tidak berjalan maksimal”kata Abubakar Wasahua.
Penggagas Kaukus Parlemen Peduli HIV AIDS dan Nrkoba ini menyarankan, perlunya pembuatan regulasi yang menegsakan bahwa pasangan yang akan menikah harus terlebih dahulu diperiksa. Menurutnya hal tersebut mampu menekan dan mencegah terjadinya penularan yang lebih jauh.
“Setiap pasangan yang akan menikah harus diperiksa dulu. Harus ada aturan yang membentengi ini dan harus dimainkan depag”tambahnya.(bat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar